Sabtu, 12 November 2011

As-Salaf ash-Shalih Mensucikan Allah dari Hadd, Anggota badan, Tempat, Arah dan Semua Sifat-sifat Makhluk

As-Salaf ash-Shalih Mensucikan Allah dari Hadd, Anggota
badan, Tempat, Arah dan Semua Sifat-sifat Makhluk
16 .
Al Imam Abu Ja'far ath-Thahawi -semoga Allah meridlainya- (227-
321 H) berkata: "Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun
besar, jadi Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi,
anggota badan yang besar (seperti wajah, tangan dan lainnya) maupun anggota
badan yang kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya).
Dia tidak diliputi oleh satu maupun enam arah penjuru (atas, bawah, kanan,
kiri, depan dan belakang) tidak seperti makhluk-Nya yang diliputi enam arah
penjuru tersebut".
Perkataan al Imam Abu Ja'far ath-Thahawi di atas merupakan
Ijma' (konsensus) para sahabat dan Salaf (orang-orang yang hidup pada
tiga abad pertama hijriyah).
Diambil dalil dari perkataan tersebut bahwasanya bukanlah
maksud dari mi'raj bahwa Allah berada di arah atas lalu Nabi
Muhammad shallallahu 'alayhi wasallam naik ke atas untuk bertemu
dengan-Nya, melainkan maksud mi'raj adalah memuliakan Rasulullah
shalalllahu 'alayhi wasallam dan memperlihatkan kepadanya keajaiban
makhluk Allah sebagaimana dijelaskan dalam al Qur'an surat al Isra
ayat 1. Juga tidak boleh berkeyakinan bahwa Allah mendekat kepada
Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wasallam sehingga jarak antara
keduanya dua hasta atau lebih dekat, melainkan yang mendekat
kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wasallam di saat mi'raj
adalah Jibril 'alayhissalam, sebagaimana diriwayatkan oleh al Imam al
Bukhari (W. 256 H) dan lainnya dari as-Sayyidah 'Aisyah -semoga Allah
meridlainya-, maka wajib dijauhi kitab Mi'raj Ibnu 'Abbas dan Tanwir al
Miqbas min Tafsir Ibnu 'Abbas karena keduanya adalah kebohongan
belaka yang dinisbatkan kepadanya.
Sedangkan ketika seseorang menengadahkan kedua tangannya
ke arah langit ketika berdoa, hal ini tidak menandakan bahwa Allah
berada di arah langit. Akan tetapi karena langit adalah kiblat berdoa
dan merupakan tempat turunnya rahmat dan barakah. Sebagaimana
apabila seseorang ketika melakukan shalat ia menghadap ka'bah. Hal
ini tidak berarti bahwa Allah berada di dalamnya, akan tetapi karena
ka'bah adalah kiblat shalat. Penjelasan seperti ini dituturkan oleh para
ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah seperti al Imam al Mutawalli (W. 478
H) dalam kitabnya al Ghun-yah, al Imam al Ghazali (W. 505 H) dalam
kitabnya Ihya 'Ulum ad-Din, al Imam an-Nawawi (W. 676 H) dalam
kitabnya Syarh Shahih Muslim, al Imam Taqiyy ad-Din as-Subki (W.
756 H) dalam kitab as-Sayf ash-Shaqil dan masih banyak lagi.
Perkataan al Imam at-Thahawi tersebut juga merupakan
bantahan terhadap pengikut paham Wahdah al Wujud yang
berkeyakinan bahwa Allah menyatu dengan makhluk-Nya atau
pengikut paham Hulul yang berkeyakinan bahwa Allah menempati
makhluk-Nya. Dan ini adalah kekufuran berdasarkan Ijma'
(konsensus) kaum muslimin sebagaimana dikatakan oleh al Imam as-
Suyuthi (W. 911 H) dalam karyanya al Hawi li al Fatawi dan lainnya,
juga para panutan kita ahli tasawwuf sejati seperti al Imam al Junaid al
Baghdadi (W. 297 H), al Imam Ahmad ar-Rifa'i (W. 578 H), Syekh
Abdul Qadir al Jilani (W. 561 H) dan semua Imam tasawwuf sejati,
mereka selalu memperingatkan masyarakat akan orang-orang yang
berdusta sebagai pengikut tarekat tasawwuf dan meyakini aqidah
Wahdah al Wujud dan Hulul.
Al Imam ath-Thahawi juga mengatakan:
17 "Barangsiapa menyifati Allah dengan salah satu sifat manusia maka ia
telah kafir".
Di antara sifat-sifat manusia adalah bergerak, diam, turun, naik,
duduk, bersemayam, mempunyai jarak, menempel, berpisah, berubah,
berada pada satu tempat dan arah, berbicara dengan huruf, suara dan
bahasa dan sebagainya. Maka orang yang mengatakan bahwa bahasa
Arab atau bahasa-bahasa selain bahasa Arab adalah bahasa Allah atau
mengatakan bahwa kalam Allah yang azali (tidak mempunyai
permulaan) dengan huruf, suara atau semacamnya, dia telah
menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Dan barang siapa yang
menyifati Allah dengan salah satu dari sifat-sifat manusia seperti yang
tersebut di atas atau semacamnya ia telah terjerumus dalam kekufuran.
Begitu juga orang yang meyakini Hulul dan Wahdah al Wujud telah
menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar